Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Rabu, 23 April 2014
Tambah Komentar
Laporan Praktikum Kimia Dasar (Reaksi Asam Basa 1) - laporan ini bertujuan Menetukan serta mempelajari pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator, Mempelajari cara penentuan pH dengan trayek perubahan warna serta Membuat larutan ekstrak tumbuh-tumbuhan.
ACARA II
REAKSI ASAM BASA I
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.Tujuan Praktikum
a. Menetukan serta mempelajari pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator.
b. Mempelajari cara penentuan pH dengan trayek perubahan warna.
c. Membuat larutan ekstrak tumbuh-tumbuhan.
2.Waktu Praktikum
(hari, tanggal)
3.Tempat Praktikum
(..........)
B. LANDASAN TEORI
Konsep asam-basa dapat dikatakan masih bersifat alami. Senyawa bersifat asam bila memiliki rasa masam, dapat mengubah indikator lakmus kertas biru menjadi merah, bila ditambah logam dapat melepaskan gelembung-gelembung gas hidrogen, hingga disimpulkan senyawa bersifat asam mengandung ion hidrogen. Hingga asam dapat dirumuskan dengan HX, X yakni gugus yang terikat oleh hidrogen. Senyawa bersifat basa bila memiliki rasa pahit, dapat mengubah indikator lakmus merah menjadi biru, serta senyawa mengandung gugus hidroksi, OH-. Hingga basa dapat dirumuskan MOH, M yakni gugus yang terikat oleh OH (Sastrohamidjojo, 2005 : 257).
Teori asam-basa yang paling sederhana pada awalnyaq ditemukan oleh Swante Arrhenius pada 1884. Menurut teori Arrhenius, asam yakni spesies yang mengandung ion-ion hidrogen H+ atau H2O+, serta basa yakni spesies yang mengandung ion-ion hidroksida OH-. Namun demikian, dalam teori ini terdapat dua kelemahan utama yaitu yang menyangkut perihal masalah pelarut serta masalah garam (Sugiarto, 2001 : 41).
Kotak bjjerrum dibagi dalam 2 bagian menurut diagonal. Sel yang berisi larutan yang bakal ditentukan pH-nya (volumenya seperlima dari volume kotak) diletakkan diatas kotak. Salah satu bagian kotak diisi dengan basa, yang lainnya diisi dengan asam. Kedalam kedua bagian kotak tersebut diberi sejumlah indikator. Sel diisi dengan larutan yang bakal diuji, diletakkan diatas kotak serta digeser sepanjang bagian atas kotak sampai warna larutan dalam sel sama dengan warna yang terlihat dari depan kotak (Achmad, 2001 :160).
Bila dalam tubuh terdapat penambahan asam, pH bakal turun karna asam bakal ditangkap oleh unsure basa dari system penyangga sehingga perubahan pH dapat dinetralkan. Demiari system kian juga sebaliknya bila dalam tubuh terjafdi penambahan basa, pH bakal naik, basa bakal diikatakn oleh asam dari sistem penyangga (Suryadi, 2012).
Perubahan nilai pH laryatn asam terhadap penambahan larutan basa memiliki sifat nonlinear. Pada umumnya pengendalian PID digunakan pada proses uyang linear. Namun demikian, pada pengendalian pH adalah proses nonlinear ini bakal diterapkan autoswitch PID sebagai solusinya (Kurniawan,2013).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
- Corong kecil, besar
- Gelas kimia 25 mL
- Gelas kimia 50 mL
- Gelas ukur 100 mL
- Kertas saring
- Kotak bjerrum
- Mortar + penggerus
- Penggaris
- pH stick
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Plat tetes
- Rak tabung reaksi
- Ruber bulb
- Sel percobaan
- Spatula
- Tabung reaksi
- timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
- Aquades
- Asam borat 2 %
- Ekstrak kembang sepatu
- Indicator brom kresol hijau
- Larutan CH3COOH 0,1 M
- Larutan CH3COOH 20 mL : CH3COONa 80 mL
- Larutan CH3COOH 30 mL : CH3COONa 70 mL
- Larutan CH3COOH 40 mL : CH3COONa 60 mL
- Larutan CH3COOH 50 mL : CH3COONa 50 mL
- Larutan CH3COOH 60 mL : CH3COONa 40 mL
- Larutan CH3COOH 70 mL : CH3COONa 30 mL
- Larutan CH3COOH 80 mL : CH3COONa 20 mL
- Larutan etanol 95 %
- Larutan H2SO4
- Larutan HCl 0,1 M
- Larutan Na2CO3 5 %
- Larutan NaCl 5 %
- Larutan NaOH 0,1 M
- Mahkota bunga sepatu
- NaHCO3 5 %
D. PROSEDUR KERJA
1. Pembuatan ekstrak tumbuh-tumbuhan buat indicator
- Mahkota bunga sepatu ditimbang hingga 1-2 gram, kemudian dipotong-potong sekecil mungkin.
- Potongan bunga tersebut dimasukkan ke dalam mortar, kemudian digerus lalu ditambahkan 5-10 mL etanol.
- Hasil gerusan tersebut disaring dalam tabung reaksi menggunakan kertas saring.
- Ekstrak bunga tersebut dijadikan sebagai larutan indicator buat beberapa percobaan selanjutnya.
2. Penentuan trayek perubahan warna
- Di atas plat tetes, diteteskan larutan baku 1 tetes.
- Kemudian ditambahkan 1 tetes larutan ekstrak bunga.
- Nilai pH yang memberikan perubahan warna dari tetesan cairan yang diperiksa dicatat.
3. Pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indicator
- Diteteskan 25 tetes larutan HCl 0,1 M ke dalam tabung reaksi, yang kemudian ditambahkan 2 tetes ekstrak kembang sepatu.
- Diteteskan larutan NaOH 0,1 M ke dalam larutan di atas tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna larutan.
- Dicatat berapa tetes yang dibutuhkan buat perubahan warna larutan.
4. Penentuan pH dengan indicator
- Digunakan kotak bjerrum yang terdiri dari dua bagian.
- Ke dalam kotak bjerrum tersebut diisi masing-masing bagian kotak dengan larutan NaOH 0,1 M serta larutan HCl 0,1 M.
- Pada larutan asam serta basa di atas ditambahkan larutan indicator brom kresol hijau (untuk setiap 50 mL larutan diteteskan 5 tetes).
- Ke dalam sel percobaan dimasukkan 25 mL larutan buffer seperti yang tertulis pada table 5 yang kemudian ditambahkan 5 tetes larutan indicator.
- Warna larutan pada sel percobaan dibandingkan dengan warna larutan dalam kotak bjerrum.
- Tempat kotak bjjerum ditandai dimana warna larutan dalam kotak bjjerum memiliki warna yang sama dalam larutan sel percobaan kemudian diukur jarak serta tepi kotak ke tempat sel.
- pH dari larutan dalam sel dihitung dengan menggunakan rumus yang telah diberikan.
E. HASIL PENGAMATAN
(Terlampir).
F. ANALISIS DATA
(Terlamir).
Untuk Hasil Pengamatan serta Analisis data dapat di download dengan mengklik ling berikit "Klik Disini".
G. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 2 ini , yakni reaksi asam-basa,bertujuan buat mempelajari pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indicator penentuan pH larutan , menentukan pH larutan dengan indicator serta larutan buffer , serta mengetahui perubahan warna yang terjadi pada larutan asam baasa setelah di uji dengan indicator. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan serangkaian percobaan yaitu pembuatan ekstrak tumbuh-tumbuhan buat indicator , menentukan trayek perubshsn warns , pemakaian ekstrak tumbuhan sebagai indicator , serta penentuan pH dengan indicator.
Asam secara umum adalah senyawa kimia yang bila di larutkan dalam air bakal menghasilkan laruat nyang lebih kecil dari 7. Senyawa ini memiliki rasa masam, yang mengubah indicator kertas lakmus biru menjadi merah. Sedangkan basa secara umum yakni senyawa kimia yang menyerap ion hidronium saat di larutkan dalam air. Basa yakni lawan dari asam, ditunjukkan buat unsure atau senyawa ki ia yang memiliki pH lebih dari 7. Basa memiliki rasa pahit yang mengubah indicator lakmus merah menjadi biru.
Menurut teori asam Arrchenius, asam yakni zat yang dalam air melepas kan ion H+, sedangkan basa yakni zat dalam air melepaskan ion OH-. Jadi pembawaan sifat asam yakni ion H+, sedangkan pembawaan sifat basa yakni ion OH+. Mrnurut teori asam basa Lewis asam yakni senyawa penerima (akseptor) pasangan electron, sedangakan basa yakni senyawa pemberi (donor) pasangan electron.
Indicator asa basa memiliki rentan atau trayek indicator. Suatu larutan yang ditetesi indicator bakal menghasil kan warna tertentu. Selanjutnya warna ini dicocokkna dengan table warna yang menunjukkan harga pH tertentu sebagai perkiraan harga pH. . Indikator asam basa yang biasa digunakan di laboratorium di antaranya yakni metil jingga, fenolftalein, serta brom timol biru. Indikator-indikator ini lazim disebut indikator laboratorium. Beberapa bahan alam dapat digunakan sebagai indikator asam basa. Beberapa bahan alam tersebut diantaranya kunyit, mahkota bunga sepatu, bunga mawar, serta kubis merah.
Percobaan pertama yaitu pembuatan ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator. Dalam percobaan ini ekstrak tumbuh-tumbuhan diperoleh dari zat-zat warna yang terkandung dalam mahkota bunga kembang sepatu. Bunga kembang sepatu dapat dijadikan indikator karna memiliki zat warna yang disebut antosianin yang mampu memberikan perubahan warna terhadap larutan asam maupun larutan basa. Ketika di dalam larutan asam bakal berwarna merah, sedangkan di dalam larutan basa bakal memberikan warna hijau, serta di dalam larutan netral enggak berwarna atau bening. Zat-zat warna dari bunga kembang sepatu dapat diperoleh dengan cara melumatkan atau menghancurkan potongan-potongan mahkota bunga kemudian ditambah dengan etanol 95%. Penambahan etanol ini bertujuan buat melisiskan dinding sel mahkota bunga, mendispersi komponen-komponen zat terlarut dalm mahkota bunga, serta mempercepat proses ekstraksi agar zat-zat warna dalam mahkota bunga dapat keluar serta tercampur bersama alkohol. Dalam percobaan ini digunakan 2 gram mahkota bunga kembang sepatu yang berwarna merah serta setelah dilarutkan dengan etanol serta kemudian disaring, didapatkan filtrat (ekstrak tumbuh-tumbuhan) yang berwarna ungu.
Percobaan kedua yaitu penentuan trayek perubahan warna. Dalam percobaan ini, indikator asam basa yang digunakan yakni pH stick serta ekstrak bunga kembang sepatu yang dibuat pada percobaan pertama. pH stick adalah indikator asam basa yang termasuk indikator universal. Indikator ini memiliki warna standar yang berbeda buat setiap nilai pH dari 1 sampai 14. Fungsinya yakni buat memeriksa derajat keasaman (pH) suatu zat secara akurat. Larutan uji yang digunakan dalam percobaan ini yakni larutan baku. Larutan baku aau larutan standar yakni larutan yang konsentrasinya Telah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran. Larutan baku yang digunakan antara lain larutan H2SO4 0,1M dengan pH sebenarnya yakni 1; larutan CH3COOH 0,1 M dengan pH sebenarnya sama dengan 3; asam borat 2% dengan pH sebenarnya sama dengan 5; larutan NaCL 5% dengan pH sebenarnya sama dengan 7; larutan NaHCO3 5% dengan ph sebenarnya sama dengan 8,3; larutan Na2CO3 5% dengan pH sebenarnya sama dengan 10,6; serta larutan NaOH 0,01 M dengan pH sebenarnya sama dengan 12. Setelah ditetesi indikator ekstrak tumbuhan, larutan baku pada plat tetes mengalami perubahan warna. Warna awal semua larutan yakni bening atau enggak berwarna. Larutan H2SO4 0,1 M berubah warna menjadi orange dengan pH hasil pengamatan dengan pH stick yakni 1. Larutan CH3COOH 0,1 M berubah warna menjadi pink dengan pH hasil pengamatan sama dengan 4. Asam borat 2% berubah warna menjadi ungu dengan pH hasil pengamatan sama dengan 4. Larutan NaCl 5% berubah warna menjadi pink muda dengan pH hasil pengamatan sama dengan 7. Larutan NaHCO3 berubah warna menjadi abu-abu dengan pH hasil pengamatan sama dengan 9. Larutan Na2CO3 berubah warna menjadi hijau dengan pH hasil pengamatan sama dengan 11. Larutan NaaOH 0,01 M berubah warna menjadi hitam dengan pH hasil pengamatan sama dengan 11,5. Menurut perubahan warna yang terjadi pada larutan H2SO4 0,1 M; larutan CH3COOH 0,1 M; serta asam boat 2% menunjukkan Jika larutan-larutan baku tersebut bersifat asam akibat pengaruh dari ekstrak bunga kembang sepatu yang memberikan warna merah pada lingkungan asam. Sedangkan larutaan NaHCO3 5%, Na2CO3 5%, serta larutan NaOH 0,01 M bersifat basa karna setelah ditetesi ekstrak bunga kembang sepatu berubah warna menjadi hijau maupun abu-abu, serta larutan NaCl 5% disimpulkan bersifat netral karna memberikan perubahan warna yang nyaris bening atau enggak berwarna setelah ditetesi ekstrak bunga. Perubahan-perubahan warna tersebut menunjukkan Jika ekstrak bunga kembang sepatu dapat memberikan warna yang berbeda-beda pada kondisi pH yang berbeda-beda. Sedangkan penentuan pH larutan baku menggunakan pH stick diperoleh beberapa hasil pengamatan pH yang berbeda dengan pH sebenarnya, antara lain larutan CH3COOH 0,1 M; larutan NaHCO3 5%; larutan Na2CO3 5%; serta larutan NaOH 0,01 M. Persoalan ini disebabkan karna pengukuran pH dengan ph stick enggak cukup akurat. tidak cuma itu, faktor ketelitian praktikan dalam mencocokkan warna pada pH stick dengan skala warna pH juga adalah faktor penyebab terjadi kesalahan nilai pH pada beberapa larutan baku.
Percobaan ketiga yaitu pemakaian ekstrak tumbuh-tumbuhan sebagai indikator, dilakukan proses titrasi. Titrasi adalah suatu metode yang digunakan buat menentukan konsentrasi suatu zat dengan zat yang lainnya dimana zat ini telah dikenal konsentrasinya. Titrasi pada percobaan ini adalah titrasi asam basa yang menyertakan asam kuat serta basa kuat yaitu HCl 0,1 M serta NaOH 0,1 M. Dalam percobaan ini digunakan indikator asam basa yaitu ekstrak bunga kembang sepatu. Warna awal larutan HCl 0,1 M yakni bening, warna larutan NaOH juga bening, serta warna ekstrak tumbuhan yakni ungu. Setelah ditetesi dengan ekstrak tumbuhan, larutan HCl 0,1 M berubah warnanya menjadi pink. Jumlah tetesan HCl yang digunakan yakni 25 tetes. Kemudian setelah ditambahkan larutan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 38 tetes, warna larutan berubah kembali menjadi bening. Persoalan ini disebabkan karna titrasi ini menyertakan pencampuran larutan HCl yang adalah asam kuat serta larutan NaOH yang adalah basa kuat serta pencampuran ini adalah reaksi penetralan. Setiap tetes larutan basa yang diteteskan pada larutan HCl bakal bereaksi serta penetesan tersebut dihentikan pada saat jumlah mol H+ setara dengan jumlah mol OH-, pada saat itu larutan bersifat netral serta disebut berada pada titik ekivalensi. Titik ekivalen dapat dikenal dengan menggunakan suatu indikator yang dapat mengubah warna larutan. Saat terjadi perubahan warna pada larutan, penetesan dihentikan. Persoalan ini disebut titik akhir titrasi. Pada reaksi atau percobaan ini jumlah tetesan basa kuat yang dibutuhkan harusnya sama dengan jumlah tetesan asam kuat yang digunakan. Namun, terjadi kesalahan pada percobaan ini yaitu jumlah tetesan NaOH yang dibutuhkan buat mengubah warna larutan HCl menjadi bening kembali jauh lebih besar atau banyak dari jumlah yang seharusnya dibutuhkan. Persoalan ini dikarenakan pada percobaan ini digunakan indikator ekstrak bunga dengan cara pembuatan yang sederhana yang menyebabkan pada titik ekivalensi perubahan warna pada larutan kurang jelas serta mengakibatkan dibutuhkannya larutan NaOH yang lebih banyak buat mengubah warna larutan HCl menjadi bening kembali. Adapun reaksi kimia yang terjadi pada percobaan ini adalah:
HCl(aq) + NaOH(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
Pada percobaan keempat, yaitu penentuan pH dengan indikator. Dalam percobaan ini digunakan larutan buffer yang bakal ditentukan pHnya. Larutan buffer ini mengandung ion asetat serta asam asetat dengan perbandingan yang bervariasi antara lain 20:80, 30:70, 40:60, 50:50, 60:40, 70:30, serta 80:20. Alat yang digunakan dalam percobaan ini yakni kotak bjerum serta sel percobaan. Kotak bjerum yakni kotak yang memiliki dua bagian berbentuk segitiga dimana pada salah satu bagiannya diisi dengan larutan basa serta pada bagian lainnya diisi dengan larutan asam. Kotak ini berfungsi sebagai pembanding warna larutan pada kotak sel percobaan. Larutan yang terdapat pada kotak sel percobaan yakni larutan buffer yang bakal ditentukan pHnya. Bagian pertama pada kotak bjerum diisi dengan larutan HCl 0,1 M yang warna awalnya bening serta pada bagian lainnya diisi dengan larutan NaOH 0,1 M yang warna awalnya bening. Setelah ditetesi larutan indikator brom kresol hijau warna larutan HCl berubah menjadi kuning yang berarti larutan tersebut bersifat asam serta larutan NaOH berubah warna menjadi biru yang berarti larutan bersifat basa. Dilihat pada bagian depan kotak (bagian panjang) terlihat gradien warna pada bagian tengah kotak bjerum berwarna kehijauan. Larutan buffer dimasukkan dalam sel percobaan, ditetesi dengan larutan indikator brom kresol hijau, diletakkan di atas kotak bjerum serta dicocokkan warnanya. Setelah ditemukan bagian warna yang cocok, diukur jarak sel percobaan dari tepi kotak. Persoalan ini bertujuan buat memperoleh nilai a serta b yang nantinya digunakan pada rumus penentuan pH larutan buffer yaitu:
pH = pKa + log a/b
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis data diperoleh nilai pH larutan buffer mendekati nilai pH sebenarnya. Larutan buffer dengan perbandingan 20:80 memiliki pH sebenarnya yakni 4,05; sedangkan nilai pH perhitungan yakni 4,08763 dengan % error sebesar 0,929%. Larutan buffer dengan perbandingan 30:70 memiliki pH sebenarnya yakni 4,32; sedangkan nilai pH perhitungan yakni 4,14267 dengan % error sebesar 4,105%. Larutan buffer dengan perbandingan 40:60 memiliki nilai pH sebenarnya yakni 4,50; sedangkan nilai pH perhitungan yakni 3,97882 dengan % error sebesar 11,582%. Larutan buffer 50:50 memiliki nilai pH sebenarnya 4,61 sedangkan nilai pH perhitungan yakni 3,88740 dengan % error sebesar 15,675%. Larutan buffer 60:40 memiliki nilai pH sebenarnya 4,82 sedangkan nilai pH perhitungan yakni 3,77860 dengan % error sebesar 21,606%. Larutan buffer 70:30 memiliki nilai pH sebenarnya 5,00 sedangkan nilai pH perhitungan yakni 3,94391 dengan % error sebesar 21,122%. Larutan buffer 80:20 memiliki pH sebenarnya 5,25 sedangkan nilai pH perhitungan yakni 4,07315 dengan % error sebesar 22,416%. Pada perhitungan nilai % error yang didapatkan cukup kecil sehingga dapat disimpulkan Jika nilai pH serta pengamatan yang diperoleh cukup akurat, karna makin kecil nilai dari % error maka tingkat kesalahan yang dilakukan makin kecil serta begitu pula sebaliknya.
H. KESIMPULAN
Berdasarkan serangkaian percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
- Ekstrak tumbuh-tumbuhan dapat digunakan sebagai indikator penentu pH larutan karna mengandung zat-zat warna antosianin yag dapat menunjukkan perubahan warna yang berbeda pada pH yang berbeda, contohnya ekstrak bunga kembang sepatu.
- Indikator ekstrak tumbuhan memberikan warna merah pada larutan asam dengan pH < 7, memberikan warna hijau pada larutan basa dengan pH > 7, serta memberikan warna ungu pudar mendekati bening pada larutan netral dengan pH = 7. pH larutan pada larutan buffer berbeda-beda berdasarkan banyaknya perbandingan ion asetat serta asam asetat yang digunakan.
- Perubahan warna pada larutan asam serta basa dapat dikenal dengan menambah indikator misalnya ekstrak tumbuhan serta brom kresol hijau. Indikator brom kresol hijau bakal berwarna kuning pada larutan asam serta berwarna biru pada larutan basa.
DAFTAR PUSTAKA
- Kurniawan,Hariadi serta Hendra Cardova.2013.Rancabg Bangun Auto Switch PID Pada Sistem ILFM Untuk Proses Netralisasi Ph. Surabaya;ITS.
- Sastrohamidjojo , Hardjono.2010. Kimia Dasar Edisi Ke_2. Yogyakarta: Bulaksumur.
- Sugiarto. 2001. Dasar – Dasar Kimia Anorganik Non – Logam. Yogyakarta: UNY.
- Suryadi,dkk.2013.pengaruh HES 6% dalam laruatn berimbangd dengan HES 6% dalam larutan NaCl 0,9% terhadap pH, strong ion difference serta klorida pada pasien bedah sesar anestesi spinal.semarang:Undip.
Baca Juga: Laporan Praktikum Kimia Dasar 1
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Kesetimbangan Kimia
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Tetapan Gas serta Volume Molar Oksigen
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Penentuan Massa Atom Relatif Magnesium (Mg)
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Termokimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Reaksi-Reaksi Kimia Update 2017
Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 - Pemisahan serta Pemurnian (Acara 1)
Baca Juga : Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Laporan Praktikum Pembuatan Larutan - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2
Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar
Itulah artikel mengenai " Laporan Praktikum Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar 2" semoga artikel ini bermanfaat.
Jangan Lupa Follow buat tetap mendapatkan update artikel berikutnya.
Belum ada Komentar untuk "Reaksi Asam Basa 1 - Laporan Praktikum Kimia Dasar"
Posting Komentar